Membaca
merupakan aktivitas bagi sebagian orang yang sangat digemari dan merupakan
kewajiban pula bagi setiap manusia yang hidup dibumi, karena dengan membaca
akses informasi dalam bentuk apapun akan mudah diperoleh apalagi ‘jaman now’ seperti ini. banyak sekali
alat-alat untuk mengakses informasi mulai dari ruang konvensional (perpustakaan
dan buku-buku) hingga yang digital(internet dan tulisan-tulisan yang
dimuatnya). Seperti yang pernah diungkapkan oleh Prof. Henry Guntur seorang
guru besar sastra UI bidang linguistik dalam bukunya yang berjudul “membaca”,
salah satu keterampilan untuk berkomuikasi dan menggunakan bahasa disuatu
negara salah satunya adalah keterampilan membaca dan itu yang harus terus
menerus dipupuk mulai dari usia anak-anak hingga dipertahanka di usia dewasa
karena akan berpengaruh pada proses berfikir setiap orang.
Membicarakan
membaca maka erat kaitanya dengan pola-pola literasi yang ada hingga
implementasi dari gerakan literasi itu sendiri. Demikian, membacapun di era
saat ini perlu adanya pemupukan kesadaran akan pentingnya membaca bagi siapa
saja baik usia anak-anak, remaja, dewasa baik jenjang pendidikan PAUD, SD, SMP,
SMA hingga Mahasiswa sekalipun baik domisili sebagai masyarakat kota,
urban(pinggiran) dan desa semua patut untuk meningkatkan atau berjalan dalam
garis literasi yang baik benar dan objektif tentunya.
Gerakan
literasi ini bisa dijumpai salah satunya di lamongan tepatnya Desa Solokuro
Kecamatan Solokuro RT. 03 RW.04. Gerakan ini digagas oleh sekelompok mahasiswa
yang berdomisili di Desa tersebut dan mengidentitaskan mereka dengan membentuk
organisasi yang dinamakan Himpunan Mahasiswa Solokuro(HMS)[1].
Berdirinya HMS juga merupakan awal berdirinya gerakan literasi yang mereka
bentuk. Gerakan literasi ini merupakan perwujudan mereka sebagai mahasiswa yang
lahir dan berdomisili di Desa solokuro yang memiliki langkah kecil dan upaya
untuk memajukan pendidikan di Indonesia bebasis Pengabdian untuk masyarakat
desanya tanpa mengesampingkan kearifan lokal(budaya setempat).
Kemarin,
4 Januari 2018 saya sempat bertemu dengan salah seorang “founder” HMS dan penggagas ide untuk menciptakan gerakan literasi
tersebut. Ari Abdillah[2]
namanya, Mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Malang(PLS
UM) ini juga sedang berjuang menyelesaikan skripsi di semester akhirnya, ia merupakan
sosok yang cukup dikenal dikalangan mahasiswa PLS UM khususnya pada angkatan
2013 karena keaktifanya mengikuti organisasi selama menjadi mahasiswa hingga
saat ini. saya sempat ngobrol bersamanya, pada mulanya ia dan kawan-kawan desanya
memiliki ide untuk mendirikan organisasi mahasiswa daerah pedesaan hingga
terbentuklah HMS tersebut. seiring berjalanya perhimpunan tersebut Ari dan
kawan-kawanya di HMS membentuk sebuah gerakan literasi yang di tuangkan dalam
bentuk Perpustakaan Desa dan baru saja diresmikan pada 31 Desember 2017 oleh
kepala desa solokuro, menyonsong tahun baru 2018.
Pada
mulanya gagasan pertama yang diperbincangkan dalam HMS adalah Rumah Bimbingan
Belajar bagi anak-anak desa akan tetapi karena analisis kebutuhan (need assesment) akhirnya HMS mewacanakan
sebuah gerakan literasi yang dituangkan dalam wujud perpustakaan desa. Perpustakaan
Desa yang digagas oleh HMS ini telah memiliki 400 eksemplar buku dengan
penggolongan buku-buku eksakta dan sosial humaniora. Setiap harinya pengunjung perpustakaan
desa kurang lebih ada 20 orang yang rata-rata adalah anak-anak jenjang
pendidikan SD/MI. setiap anak-anak yang membaca akan didampingi oleh tutor, personalia
anggota dari HMS akan terbagi jadwal untuk menjadi tutor di perpustakaan desa. Tutor
disini diartikan sebagai orang yang mendampingi anak-anak yang membaca buku
karena mengingat bahwa setiap pemahaman baca anak berbeda-beda tak hanya itu saja tutor dalam perpustakaan ini juga sebagai "pelayan" bagi anak-anak yang ingin belajar di luar jam sekolahnya. Perpustakaan ini
selalu terbuka untuk siapa saja yang berkunjung dan tentunya sumbangsih serta dukungan masyarakat, tak hanya di solokuro saja namun se- Indonesia juga turut
diharapkan berupa moril maupun materil(Re: Buku).
Saat
ini perpustakaan desa bertempat di sebuah rumah salah seorang anggota HMS yang
bertempat tinggal di desa solokuro, ruang tamu di “sulap” menjadi perpustakaan
desa yang dinilai cukup kreatif dan inspiratif. HMS memberikan nama bagi wujud
gerakan literasi ini dengan nama “Rumah Edukasi dan Literasi(READ)”. Ari juga
mengunggkapkan untuk kedepanya secara perlahan dan bertahap HMS juga akan
merambah pada gerakan sosial kemasyarakatan dan kearah proses pengembangan
masyarakat sekitar melalui pelatihan wirausaha dan pemasaran inovasi produk
lokal.
Gambar a. Suasana Belajar didalam Perpustakaan Desa
Gambar b. foto saat saya dan kawan-kawan berkunjung di depan rumah yang dijadikan perpustakaan Desa(atas kiri kekanan: Febri, Ari Abdilah, Mufi, Wendy. Bawah Kiri kekanan: Reza, Hamzah, Rian, Andre)
Membaca itu ujung tombak untuk menikmati pengetahuan, Iqro’
Bismirobbikaladzi Kholaq.
Ditulis oleh Wendy Kiswha, Mahasiswa PLS FIP UM yang kesulitan nulis skripsi.
Ditulis oleh Wendy Kiswha, Mahasiswa PLS FIP UM yang kesulitan nulis skripsi.
[1] HMS organisasi
Mahasiswa Daerah Pedesaan yang kolektif, terdiri atas 30 orang yang berkuliah
di UM, UB, UIN MALIKI, UMM, POLINEMA dan ASIA. Bertempat di Desa Solokuro
Lamongan Provinsi Jawatimur Indonesia.
[2] Aktif juga dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
selama berorganisasi, diantaranya ia pernah menjadi Anggota Partisipasi
Masyarakat HMJ PLS FIP UM Tahun 2014-2015, Kepala Divisi LUKAM BEM FIP UM 2013,
Kepala Bidang Hikmah IMM FIP UM 2015/2016, Bidang Eksternal Koordinator
Komisariat IMM UM 2016/2017, dan Kepala Bidang SPM IMM Cabang Malang 2017/2018
dan sebagai hummas HMS.