Sumber Gambar : http//muslimmoderat.net
Indonesia adalah negara kesatuan dengan agama mayoritas islam, hal ini
dibuktikan bahwa Indonesia merupakan negara urutan pertama dengan populasi
muslim terbesar didunia, yakni dengan persentase
Muslim Indonesia mencapai hingga 12,7 persen dari populasi dunia. Dari 205 juta
penduduk Indonesia, dilaporkan sedikitnya 88,1 persen beragama Islam
dan juga secara historis, perjuangan bangsa Indonesia untuk bebas dari
penjajahan dan terus berjalan untuk mencapai kemerdekaan hingga saat ini tidak
luput dari tangan tokoh-tokoh Islam. Sedangkan untuk nasionalisme-religius
sendiri kini telah menjadi identitas bagi Negara Bangsa (Nation State) Indonesia yang pada awalnya adalah sebuah ideologi yang
menjadi perdebatan panjang. Terutama pada era-era pembentukan Indonesia menjadi
negara yang demokratis dengan masing-masing prinsipnya yaitu Islam dan Nasionalis.
Nasionalisme-religius
yang melekat pada Negara Indonesia yang kini telah menjadi identitas tidak bisa
dipisahkan dengan adanya pancasila sebagai pedoman hidup (way of life) masyarakat Indonesia. Sekali lagi kita perlu menenggok
kebelakang alias melihat sejarah. Perumusan pancasila sebagai way of life adalah buah dari pemikiran
tokoh-tokoh nasionalis yang religius yang kala itu juga masuk dalam panita
persiapan menjelang kemerdekaan yang kita kenal dengan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan juga Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan berbagai konflik berat yang dilalui hingga
melahirkan ideologi yang dinamakan pancasila saat ini. Di antara beberapa tokoh
yang masuk dalam BPUPKI dan PPKI, tokoh islam tersebut adalah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Abikusno
Tjokrosujoso, Abdul Kahar Mudzakkir, Haji Agus Salim, Mr. Achmad
Subardjo, Wahid Hasjim, dan Mr. Muhammad Yamin.
Mengingat
seorang tokoh bernama Adang
Daradjatun salah seorang anggota PKS yang kala itu mengisi
sebuah dialog kepemudaan pada november 2016 silam. Dalam menyampaikan makalahnya yang berjudul “Peran Pemuda Menjaga NKRI dalam
Kerangka Politik, Hukum dan Keamanan”,didalamnya mengatakan bahwa
pemuda harus mempunyai idealisme dan gagasan. Hal inilah yang seharusnya menjadi refleksi kita bersama
khususnya bagi pemuda Indonesia. Makna dari kata
tersebut kurang lebih bahwasanya pemudalah yang sangat berperan penting dalam
perjuangan mencapai tujuan dari suatu bangsa dengan ide-ide atau gagasan yang
dimilikinya untuk inovasi bangsa yang berkemajuan. Sangat disayangkan ketika
banyak media yang memuat berita dan menyatakan pemuda dimasa kini banyak yang
krisis moralnya, hingga banyak kasus-kasus seperti penyalahgunaan narkoba, seks
bebas dan lain sebagainya yang merujuk pada hal-hal negatif dan tindak
kemudhorotan, hal tersebutlah yang membuat catatan buruk suatu negara.
Memaknai
perjuangan saat ini bukanlah mempertahankan sesuatu dengan kekerasan atau
peperangan, akan tetapi bagimana cara mempertahankan citra baik bangsa
Indonesia di mata bangsa dengan cara berprestasi di semua sektor akademis
maupun non akademis, itulah Perjuangan !. Dengan demikian maka kita sebagai
pemuda haruslah berjuang demi kemajuan bangsa yang kita pijak ini, namun apa
yang terjadi apabila kita berjuang tanpa dilandasi agama?, Naudzubillah. Agama
adalah suatu kepercayaan yang kita anut dan didalamnya terkandung nilai-nilai
yang memebuat kita senatiasa taat kepada Sang Khalik, perjuangan tanpa
dilandasi agama adalah ‘kepincangan’ suatu tindakan yang bisa berakibat fatal
dan menimbulkan kebodohan tentunya.
Dilansir
dari surat kabar online yaitu http://www.dahsyat.net ,
dalam muatan beritanya ada beberapa pejabat tidak hafal pancasila yang memimpin
pemerintahanya pada saat itu. Sudah tentu pancasila sebagai ideologi Bangsa
Indonesia dan seharusnya pancasila menajadi pedoman sehari-hari oleh pemimpin
suatu pemerintahan di negara demokrasi ini, nah kini yang menjadi pertanyaan
jika mereka tidak hafal pancasila bagaimana mengamalkanya dalam kehidupan
sehari-hari, apakah mereka memimpin sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadits ataukah
sesuai dengan pendekatan agama yang mereka anut?. Belum lagi beberapa kurun
waktu lalu ada pemberitaan besar-besaran diberbagai media massa tentang kasus
korupsi dana haji yang dilakukan oleh beberapa orang yang dikatakan berilmu dan
menjadi panutan ummat (‘ulama).
Pastinya
pemimpin atau khalifah bahkan ulama’ di Indonesia dengan berbagai polemiknya
yang ada telah mengalami masa-masa menjadi seorang pemuda. Apakah mereka tak
pernah memikirkan begitu beratnya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia untuk
bebas dari penjajahan kala itu, hingga mereka berbuat kesalahan yang sangat
membuat malu Negaranya. Pemuda yang memiliki jiwa nasionalis sudah bisa
dipastikan akan mempertahankan Negaranya hingga titik darah penghabisan, namun
haruskah jiwa yang nasionalis itu dikolaborasi dengan jiwa religius mereka?,
jawabnya adalah Ya !, memaknai nasionalis adalah mereka yang mencintai bangsa
dan negaranya, semua ia lakukan demi bangsa dan negaranya, maka pemuda yang
memiliki jiwa nasionalis adalah pemuda yang memiliki idealisme atas ide-ide
mereka tentang kemajuan bangsanya dengan gerakan-gerakan yang mereka lakukan.
Sedangkan memaknai religius adalah mereka yang patuh dan taat kepada prinsip
kepercayaanya, meyakini apa yang terjadi adalah kehendak dari Tuhan YME, maka
pemuda yang religius adalah pemuda yang berpedoman pada kepercayaan mereka
(agama), untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan aturan atau norma yang
mereka anut (Syari’at). Dalam perspektif islam pemuda adalah sebagai manusia
yang memiliki poensi positif untuk beragama tauhid, yakni bertuhan hanya kepada
Allah dan manusia yang diciptakan dalam keadaan dan bentuk sebaik-baiknya serta
dikarunia akal (kepintaran), dan manusia yang terpercaya untuk memegang amanat.
Namun disamping itu kita harus tetap ingat bahwa kita pemuda yang juga sebagai
manusia masih memiliki potensi negatif yaitu kita adalah makhluk yang lemah
sebagaimana dikatakan dalam Q.S. an- Nisa ayat : 28 “Allah hendak memberikan
keringanan kepadamu, dan manusia bersifat lemah”, kemudian kita adalah makhluk
yang suka berkeluh-kesah, makhluk yang zalim dan ingkar, manusia adalah makhluk
yang suka membantah, dan manusia adalah makhluk yang suka melewati batas.
Dari
semua hal itu kita sebagai pemuda juga masih memiliki keweangan untuk mengkawal
siapapun pemimpin kita karena dalam beberapa kajian sosial pemuda adalah sebagi
social control artinya kita
diwajibkan untuk sentiasa memberikan dorongan-dorongan kepada para pemimpin
agar mereka berbuat jujur, adil dan bijaksana dalam membuat keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama. Kemudian juga selain kewenangan kita juga
memiliki tantangan akan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Apabila
kita masih berleha-leha dan tidak mau keluar dari ‘zona nyaman’ atas
perkembangan IPTEK yang ada di dunia khususnya di Indonesia maka kita tidak
tahu apa-apa dan menjadi pemuda yang terkungkung dalam kebodohan tentang ilmu
pengetahuan dan teknologi, karena sejatinya kita memiliki jiwa nasionalis dan
religiusitas tinggi juga harus menerus menatap masa depan yang dibuktikan
dengan perkembangan IPTEK yang ada tanpa harus meninggalkan sejarah.
Sudah
seharusnya sebagai pemuda yang hidup di Negara Kesatuan ini untuk cinta kepada
tanah air dan membela bangsa dari hal-hal negatif yang akan memecah belah
persatuan. Semua dapat dilakukan asalkan kita mengenal dengan apa yang namanya
perjuangan dengan jiwa nasionalis yang dilandasi dengan jiwa religius, artinya
adalah sebagai pemuda kita tidak boleh asal ‘nyeplos’ untuk memajukan sebuah
bangsa. Harus ada kiat-kiat perjuangan degan pendekatan nasionalis yang
dibarengi dengan syariat-syariat yang masih kita pegang sesuai dengan agama
kita, kemudian kita kolaborasi bersama, secara beriringan antara jiwa
nasionalis kita yang kita padukan dengan jiwa religius kita akan melanggengkan
Identitas kita sebagai pemuda yang hidup di Indonesia.
Cinta
tanah air merupakan tabiat alami manusia (fitrah). Karena di tanah air itulah
kita dilahirkan dan dibesarkan, dididik dan disayang. Perasaan rindu terhadap
tanah air menunjukan adanya cinta dan hubungan batin antara manusia denggan
tanah tumpah darahnya. Cinta tanah air menimbulkan nasionalisme, yaitu
kesadaran dan semngat cinta tanah air memiliki kebanggaan sebagai bangsa, atau
memelihara kehormatan bangsa, memiliki rasa solidaritas terhadap musibah dan
kekurang beruntungan saudara setanah air, serta menjunjung persatuan dan
kesatuan.
Kecintaan
terhadap tanah air akan menimbulkan sikap patriot, yang berarti sikap gagah
berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Perwujudan
sikap patriotisme dapat diwujudkan dengan cara menegakkan hukum dan kebenaran,
memajukan pendidikan, memberatas kebodohan dan kemiskinan, menghindari perilaku
yang mengarah pada korupsi, kolusi dan nepotisme, meningkatkan kemampuan diri
secara optimal, memelihara persaudaraan dan persatuan. Semangat cinta tanah air
dapat dimulai dan diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat
sekitar melalui keteladanan yang kita buat.
Islam
memandang bahwa mencintai tanah air adalah suatu tindakan yang baik. Di antara
bukti ajaran tentang cinta tanah air adalah sikap Rasulullah SAW terhadap tanah
kelahiranya. Ketika akan berhijrah ke Madinah dan meninggalkan kota
kelahiranya, Makkah, Rasullah SAW bersabda :
Dari
Abdullah bin Abbas RA Rasulullah besabda : “Sungguh engkau adalah bumi Allah
yang paling baik, alangkah besarnya cintaku padamu (kota makkah), kalaulah
bukan karena pendudukanya mengusirku darimu, maka pasti aku tidak akan pernah
meniggakanmu” (HR.Tirmidzi).
Apa
yang harus kita lakukan sebagai pemuda untuk berjuang dan cinta tanah air
dengan membawa identitas nasionalis-religius? , tak perlu kita muluk-muluk
untuk hal itu karena yang muluk-muluk belum tentu riil kita lakukan, apalagi di era ‘kerja nyata’ seperti ini.
Kesemua langkah-langkah perjuangan itu bisa kita lakukan dengan hal-hal yang
dipandang ‘sepele’ bagi kebanyakan orang. Contohya saja adalah kita bisa
bergotong royong untuk membantu teman-teman sesama muslim yang akhir-akhir ini
dilanda bencana diberbagai tempat mulai dari banjir, gempa, tanah longsor dan
lain sebagainya entah bantuan itu berupa materil ataupun fisik. Belum lagi
sebagai pemuda yang secara umum semangatnya dalam berorganisasi sangat
mengebu-gebu, kita bisa mengikuti organisasi yang memiliki landasan jelas
secara nasionalis dan religius di manapun itu asalkan untuk kemaslahatan
masyarakat Indonesia.
Dapat
disimpulkan dari sekian permasalahan yang ada di Indonesia sudah saatnya kita
juga ikut andil dalam menyelesaikanya , karena pemuda adalah sebagai agent of change, agen pembawa perubahan
hal itu secara mendasar harus kita pupuk terlebih dahulu dengan hati yang
ikhlas dan tentunya memahami korelasi antara agama dan negara Indonesia beserta
tipologi-tipologinya. Karena konsep antara agama dan negara adalah entitas yang
tidak bisa dipisahkan alias menyatu, melalui tangan-tangan pemuda yang cerdas,
berakhlak dan bermartabat tentunya melalui semangat nasionalis-religius yang
telah menjadi identitas bangsa kita, setiap bertindak ingatlah kita memiliki
UUD 1945 sebagai dasar rujukan hukum, kita memiliki pancasila sebagai way of life, kita memiliki agama dengan
syariat-syariat (aturan) yang harus kita taati . Pemuda adalah pondasi utama
bangsa. Kader yang harus menjadi generasi penerus pemimpin mendatang, maka saat
ini mulailah mengkonsep bagaimana sesungguhnya negara yang berkemajuan dan
merdeka !!!
Wallahu
a’lam.
yang nulis pernah baca link dan buku dibawah ini sebelum nulis 'ini'
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/05/27/noywh5-inilah-10-negara-dengan-populasi-muslim-terbesar-di-dunia diakses pada tanggal 3 Januari 2017
22.39
http://bimasislam.kemenag.go.id/preview/tokoh-islam-yang-ikut-melahirkan-pancasila--diusulkan-jadi-pahlawan-nasional diakses pada tanggal 3 Januari 2017
02.18
http://www.kompasiana.com/kdavid/bangsa-yang-besar-adalah-bangsa-yang-menghargai-jasa-pahlawannya_54f71155a333116d5a8b4f15 diakses pada tanggal 3 Januari 2017
23.11
http://www.dahsyat.net/tak-hafal-pancasila/3957 diakses pada tanggal 3 Januari 2017
00.28
http://www.kompasiana.com/pakde_kartono/saat-ulama-dan-ustad-jadi-tersangka-korupsi-dana-haji_54f7490aa3331146298b4573 diakses pada tanggal 3 Januari 2017
01.30
http://pks.id/content/adang-pemuda-harus-punya-idealisme-dan-gagasan
diakses pada tanggal 9 januari 2016 22.10
Hanafi
Yusuf Dkk.2014. Pendidikan Islam Transformatif. Malang : Dream Litera kepanjen
Malang
*Tulisan ditujukan kepada para pembaca secara umum dan secara khusus ditujukan untuk mengikuti Lomba Essai yang diselenggarakan dalam acara Milad Partai Keadilan Sejahtera.
Kasih tombol 'join site' di blog ini. Aku mau follow biar bisa...
BalasHapus