~Kisah perjalanan kelompok studi
lapangan PLS FIP UM angkatan 2014 yang dilaksanakan di Desa Bejiharjo
Karangmojo Gunungkidul DIY~
Ini adalah sebuah cerita berwujud
tulisan yang jauh dari kata sempurna namun semua diringkas secara
mengalir dan asyik. Berusaha ditulis dengan penuh rasa dan penghayatan,
penulis adalah mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri malang (PLS FIP UM) yang sedang
melaksanakan studi lapangan sebagai prasyarat menempuh semua mata kuliah
konsentrasi pemberdayaan masyarakat. Jika memang kegiatan ini terus di follow up
oleh pihak dosen dan mahasiswa tentunya kawan-kawan PLS FIP UM yang
sekarang lagi menempuh studi S1 pastinya akan merasakan ini juga
disemester 6, hanya saja akan beda lokasi bahkan konsep saja dan bisa
saja sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Siapa yang tidak sumringah kala telinga mendengar kata Yogyakarta?, kota sejuta pesona dan wisata, orang-orangnya kalem (lemah-lembut)
dalam bertutur kata, makanan khasnya membuat lidah terus bergoyang(ex:
Bakpia, Tiwul, Gathot,Gudeg etc). Setiap sudut kota hingga pelosok desa
sangat elok untuk dipandang dan menimbulkan rasa kagum untuk dirasakan
eksotisnya sumberdaya manusia hingga alamnya.
Perjalanan kami mulai dari kampus
tercinta,tepatnyakami berkumpul di sekitar di gedung Sasana Budaya
Universitas Negeri Malang (sasbud UM) padakamis (6/4/17). Memulai
perjalanan menggunakan biro travel “Favourite Travel dengan kendaraan
elf mesin hino dutro kapasitas 19 passangers. Tepat pukul 20.00
kami beragkat menuju provinsi jawa tengah dalam keadaan lengkap 15
orang mahasiswa PLS FIP UM konsentrasi pemberdayaan masyarakat(PM).
Sembari perjalanan kami saling bersenda gurau selayaknya orang yang
sangat menikmati perjalanan, salah satu cuplikan guyonan dari teman kami
yakni sebuah pertanyaan “truck, truck apa yang bisa melayang?”, semua
terdiam tak bisa menjawab, “jawabanya helikoptruck” kata teman kami yang
memberi guyonan, ia memberikan guyonan terinspirasi karena jalur
kendaraan yang kami lalui adalah jalur provinsi (Caruban-Saradan)
sehingga banyak dilalui truck muatan barang.
Tiba di boyolali pada pukul 04.35, jumat (7/4/17) disambut oleh aungan surau-surau(masjid)
pinggir jalan memanggil insan untuk tunaikan kewajiban. Kami berhenti
disebuah surau yang letaknya tak jauh dari lokasi dimana kelompok lainya
melaksanakan studi lapangan lokasi tersebut adalah kampung lele
boyolali. Selesai tunaikan shalat kami lanjut perjalanan dan sekaligus
berpisah sementara dengan kelompok lainya. 06.45 sinar matahari
mengembang menyambut hangat kedatangan kami di desa ngelangeran kami
berhenti di lokasi wisata gunung api purba dan lagi berpisah sejenak
kepada kelompok yang melaksanakan studi lapangan di daerah tersebut.
“ayoo pak supir… kita lesgo agen” kata salah satu teman kami
agar bergegas melanjutkan perjalanan. Tepat 08.55 kita sampai di tujuan
utama bagi kita (sebut kelompok pindul), kami sangat disambut hangat
oleh mas Yudan yang juga sebagai pamong studi lapangan kelompok pindul.
Bercerita sedikit mengenai seorang mas Yudan beliau adalah lulusan S1
dan S2 PLS FIP Univeritas Negeri Yogya(UNY) sebagai penggerak masyarakat
desa bejiahrjo, melalui karang taruna ia menjadikan gunungkidul secara
umum menjadi daerah wisata khususnya di desa bejiharjo sendiri yakni
memberdayakan masyarkat untuk mengelola potensi yang ada. Potensi yang
dimiliki adalah adanya goa namanya goa pindul yang memiliki sumber air,
panjang goa sekitar 350m, yang membuat seorang mas Yudan 2010 silam
memiliki inovasi untuk menjadikan tempat wisata dengan konsep
memberdayakan masyarakat, diawali pembentukan Kelompok Sadar Wisata
(POKDARWIS) mas Yudan memberikan penyadaran pada masyarakat sekitar,
intinya saat ini gunungkidul memiliki obyek wisata bernama wirawisata
goa pindul menjadikan masyarakat sekitar lebih sejahtera dengan tingkat
pendapatan yang ‘lumayan’. Mulai pimpinan wirawisata goa pindul hingga
penikmat utama adalah masyarakat desa bejiharjo dengan struktural
fungsional sistem organisasi yang dipahami tanpa adanya investor asing
dan ‘aseng’.
Cussss lanjut lagi di hari
pertama kami mengunjungi wirawisata goa pindul untuk ‘berjabat tangan’
dengan para pengelola dan masyarakat sekitar hampir sehari penuh kami
banyak berbincang dengan pengelola yang juga masyarakat sekitar dan sore
hari kami pulang ke base camp(dirumah mas Yudan), kami rasakan
kehangatan juga pada keluarga mas Yudan yang turut menyambut kami.
Malam hari kami makan dengan masakan khas jogja, tau? Bukan hanya gudeg
ternyata, kami ‘disibukan’ dengan makanan yang namanya jatdah tempe semacam tempe yang di bacem dengan bumbu kecap dan juga puli semacam nasi yang digumpalkan menjadi satu hingga mirip dengan jenang kemudian dipotong kotak-kotak, Nyaaaammm!!
Sabtu, (8/4/2017) pagi cerah sedikit berselimut awan hitam, ditemani teh hangat, jatdah tempe, puli
dan bakwan bikinan si Mbok (nenek dari mas Yudan), menikmati suasa
didepan rumah mas Yudan dengan duduk diatas kursi klasik tebuat dari
anyaman bambu tua (menjalin), ketenangan desa dan gemuruhnya jogja amat
sangat membuat diri ini hampir terlena dengan tujuan awal. Aseeeeek!.
Hari kedua setelah bersih diri kami berpakaian rapi, pukul 09.00 kami
datang ke lokasi wirawisata kami disana disediakan base camp juga berupa home stay yang disediakan pengelola untuk tamu, kami dijamu berkali-kali dengan minuman yang dinamakan wedang pindul semacam minuman terbuat dari jahe merah dan gula aren, mantab!
Seharian kami disana, seolah-olah kami
memposisikan diri sebagai pengelola, kami dapatkan informasi mengenai
bagaimana konsep awal bedirinya wirawisata goa pindul hingga
pengembanganya saat ini, pada mulanya goa pindul hanyalah goa yang
terlihat seram dan angker, dan airnya hanya digunakan untuk mencuci,
mandi dan mencukupi kebutuhan air penduduk sekitar. Namun muncul ide
dari Mas Yudan dibantu oleh teman-temanya (karang taruna) untuk
membangun sebuah kawasan wisata ‘bergengsi’, awalnya untuk perlengkapan
wahana cave tubing mas Yudan dkk meminjam di Tagana(Tanggap Siaga Bencana) DIY berupa Tube(ban) sejumlah 50 dan pelampungnya, dan pemasaran melalui facebook.
Saat itu wisatawan yang datang hanya dari DIY saja kebanyakan, ohh yaaa
yang menarik lagi karena wirawisata ini juga mengangkat wisata tentang
kearifan budaya local maka setiap sabtu, dilokasi wirawisata ini
pengunjung dimanjakan dengan alunan live music gending-gending jawa yang panjaknya (penabuhnya) juga masyarakat sekitar yang juga penggiat seni gamelan. Sore hari pukul 16.00 kami mengikuti sarasehan para crew (karyawan) wirawisata goa pindul untuk koordinasi terkait program upgrading yang
akan diselenggarakan esok hari, terlihat mereka memiliki ikatan batin
yang kuat ditandai dengan candaan candan mereka yang sepertinya amat
tulus. Kekompakan juga kami rasakan mulai dari pimpinan hingga bawahan,
tentunya semua ini adalah masyarakat bejiharjo yang sadar akan
potensinya.
Minggu (9/4/2017), mentari membumbung
tinggi kicau walet bersiul dan menari-nari diatas udara membuat suasana
pagi kian menandakan desa ini desa yang tenang dan nyaman. Seperti biasa
seruputan teh hangat setiap mulut kami di pagi hari terdengar bak lomba
perayaan agustusan. Hehehehe, hari ini kami berkesempatan untuk
melakukan susur goa dan juga susur sungai (river tubing) Oyo.
Kami melakukan pengamatan bagaimana pemandu wisata dalam memandu
pengunjung. Benar adanya pemandu wisata yang juga masyarakat sekitar
sangat ramah kepada pengunjung. Hal ini adalah dampak dari diadakanya
pelatihan kepada para masyarakat yang berprofesi sebagai pemandu wisata,
disamaping itu para pemandu wisata ini sangatlah cerdas terbukti dengan
mereka menjelaskan beberapa batuan-batuan, jenis-jenis biota alam
hingga sejarah goa pindul. Namun bagi kami ini adalah pengalaman yang
tak terlupakan, pertama kalinya kami mencoba wahana susur goa yang ada
di wirawisata goa pindul, gambaran disana sangatlah indah sekali.
Kebetulan saat kami mencoba wahana ini ada rombongan berjumlah 350
pengunjung yang datang dari bogor, pengelola membagi menjadi
kelompok-kelompok kecil berjumlah 20 an orang dengan didampingi seorang
pemandu.
Foto 2. Suasana saat kelompok melakukan susur goa pindul, ini di kedalaman 300m dari mulut goa (hampir finish)
Setelah kami mencoba susur goa dan juga susur sungai, pukul 15.00 kami beranjak pulang ke base camp dirumah mas Yudan dan bersiap menuju pantai untuk mengikuti kegiatan upgrading.Tepat
pukul 18.00 kami berangkat bersama menuju pantai indrayanti 1,5 jam
perjalanan akhirnya sampai dan kami mengikuti acaranya. Inti daripada
kegiatan up grading tersebut adalah memberikan penyadaran dan juga motivasi kepada para crew
agar tetap kompak menjaga keutuhan potensi alam goa pindul dalam
pengelolaanya sehingga menjadikan sumber ekonomi yang mensejahterakan
masyarakat sekitar wirawisata goapindul, tak hanya itu saja kegiatan up grading ini diikuti oleh hampir keseluruhan crew wirawisata
goa pindul beserta rombongan keluarganya yang juga masyarakat sekitar.
Acara dilanjut dengan ramah tamah dan api unggun dan tepat pukul 22.00
semua meninggalkan lokasi untuk beristirahat.
foto 3: kegiatan upgrading Crew Goa Pindul yang ditutup dengan api unggun
Senin (10/4/2017) pagi ini ada yang
berbeda, bukan lagi teh yang kami seruput melainkan wedang jahe merah
dibarengi dengan jajanan pasar dan tak ketinggalan jatdah tempe dan
puli, seorang teman dari kelompok pindul sedang membantu si mbok (nenek
dari Mas Yudan). Pukul 09.00 kami menuju lokasi wirawisata, kami
membantu mas very (salah seorang crew) wirawisata goa pindul untuk menjadi trainer outbond di wahana omah outbond, kami berperan sebagai asisten trainer. Saat itu outbond diikuti oleh 20 peserta dari PAUD Paliyan Gunungkidul. Disitu banyak dilakukan game (permainan) yang banyak memberikan pembelajaran untuk anak-anak se-usia PAUD, contohnya saja game
pipa bocor dimana seorang anak sebagai leader dan lainya sebagai
anggota untuk menutupi pipa yang dilubang-lubangi agar saat dimasukan
air tidak bocor, maka mereka harus menutupinya dengan jari-jari mereka.
Kegiatan ini tutur mas very sangatlah mengasah kecerdasan psikomotorik,
kogintif dan juga afektif anak se-usia PAUD (pembaca silahkan
berkonstruktif atas pemikiran anda mengenai hal ini, karena penulis juga
tidak mahir-mahir amat dalam ‘memainkan’ teori,Hehehehe). Kegiatan outbond selesai pada pukul 12.00, kami lanjutkan dengan beristirahat sejenak.
foto 4: keakraban salah satu kelompok study lapang dengan peserta outbond
Setelah istirahat (± 1 jam) kami lanjutkan kegiatan dengan ngobrol
santai dengan pak hardi, orang yang menjadi pimpinan di wirawisata goa
pindul. Beliau menceritakan bagaimana sejarah awal berdirinya goa
pindul, suka dukanya selama memimpin, dan tentunya bagaimana
pemikiran-pemikiran beliau akan pemberdayaan masyarakat yang dituangkan
dalam bentuk pemanfaatan potensi alam menjadi objek wisata.
Informasi yang kami dapatkan dari pak
hardi sangatlah banyak, salah satu cuplikanya adalah begini, “saya itu
memulai awal ya dengan mas Yudan, kami bangun mindset
masyarakat sekitar sini agar mereka sadar kalau punya potensi yang bisa
dimanfaatkan secara bijak, saya berkali-kali mas…mbak keluar masuk ruang
penyidikan di Polda, karena disini banyak saya tolak investor asing
yang mau “kerjasama”, karena penolakan itu akhirnya saya dilaporkan
secara gak jelas, saya itu tidak mau ada investor asing masuk sini atas
dalih kerjasama yang akhir-akhirnya berujung dengan kepemilikan
kekuasaan, goa pindul ini sudah menghidupi hampir satu desa disini, maka
ini akan terus saya perjuangkan, untuk nanti selanjutnya yaa biar Gusti
Allah yang ngatur, hahahahha (sambil tertawa lepas)”. Setelah kami
berbincang dengan pak hardi kami pulang dan melanjutkan kegiatan
penyusunan laporan (nyicil laporan).
Foto 5: suasana wawancara kelompok dengan ketua Wirawisata
Selasa (11/4/2017) yaaa pagi hari seperti biasa, masih ngeteh juga dan mulai nyaman berlama-lama disini hhehhehe. Hari selasa adalah hari tenang kita untuk mengerjakan laporan di base camp
sembari menunggu bapak-bapak dosen datang untuk monitoring kegiatan
kita selama di bejiharjo. Pukul 11.00 dosen kami datang, yakni Pak
Nurhadi, Pak Zulkarnain dan Pak Suripan. Malam hari kami lanjutkan
diskusi dengan mas Yudan mengenai informasi yang kita peroleh selama
melakukan studi lapangan.
Rabu (12/4/2017) , Sayonara… sayonara sampai berjumpa pulang,
kami berpamitan kepada mas Yudan sekeluarga karena kami ternyata pada
akhirnya “rindu” kampus UM juga… eits..! tak hanya itu lagi-lagi sambil
menyelam kita minum es nata decoco campur sirup anggur dingin, mumpung
ini jogja tak mau kami semua melewatkan kebersamaan dengan mampir ke
malioboro.
foto 6: sayonara mahasiswa PM dengan mas Yudan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar