Tulisan
ini memuat wawancara dengan seseorang. Penulis hanya
ingin berbagi mengenai pengalaman
tentang skripsinya dan mengajak pem
baca untuk mengenal lebih dekat
sosok Mahasiswa yang satu ini.
Rian Firmanyah, begitulah kira-kira
simbol karunia Tuhan yang telah
diberikan kepada mahasiswa jurusan
Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
Universitas Negeri Malang (UM)
angkatan 2012 ini. Dilahirkan untuk
menjadi seorang pemuda yang
bercita-cita dan ber asa tinggi untuk
berdedikasi ditanah kelahiranya.
Rian Firmansyah lahir di Nganjuk pada 31 Mei 1994.
Mahasiswa
yang dalam keseharianya ini dikenal sangat ramah, cerdas, dan aktif dalam berbagai
organisasi ini (Aktivis) kini telah menyelesaikan jenjang S1 nya dijurusan PLS
UM konsentrasi pelatihan. Pada masa-masa aktif perkuliahan Mas Rian (Begitu
panggilan akrab adik tingkatnya) juga gemar mengikuti berbagai pelatihan untuk
meningkatkan keilmuanya dalam konsentrasi yang dijajaknya dan kecakapan Leadershipnya dalam memimpin sebuah
organisasi dan memberikan manajemen kepada teman-teman seperjuanganya.
Pelatiahan yang pernah diikutinya antara lain adalah Latihan Keterampilan
Manajemen Mahasiswa (LKMM) (2013), Pelatihan Pertanian Berbasis Kompetensi di
PKPPTKLN Wonojati Malang (2015) Magang di PPPPTK PKn dan IPS Kota Batu dan
Terlibat Dalam Kepanitiaan Pelatihan K-13 Bagi Guru Sasaran (2015) dan banyak
lagi lainya pelatihan yang diikuti oleh Mas Rian. Selain pelatihan Mas Rian
kerap diundang diberbagai acara untuk menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut
diantaranya adalah Pemateri Tentang Keorganisasian dan Kepemimpinan Dalam
Diklat Organisasi Kesenian Fakultas (2015), Pemateri Dalam Kegiatan Pelatihan, Outbond
dan Bimbingan Kelompok di Panti Asuhan Hajjah Khodijah, Sumberpasir Kabupaten
Malang (2015), Pemateri Parenting
Education di TPA Nursyamsi Kecamatan
Turen Kabupaten Malang (2016) dan banyak lagi.
Bagi seorang seperti Mas Rian mahasiswa
tak lengkap tanpa mengenal organisasi dan berkecimpung didalamnya. Selama
menjadi mahasiswa jurusan PLS FIP UM Mas Rian aktif diberbagai organisasi
hingga pernah menjabat sebagai seorang pemimpin di dalamnya. Diantaranya adalah
salah satu Unit Aktivitas (UA) di FIP UM yang berdiri di bawah naungan Badan
Esekutif Mahasiswa (BEM) FIP UM yaitu Organisasi Pencinta Seni FIP UM (OPIUM),
pada tahun 2014 Mas Rian menjabat sebagai Ketua Umum dengan kegigihanya
berjuang sebagai aktivis yang bergerak di bidang seni dan menjadi Dewan
Pertimbangan Organisasi Mahasiswa Peneliti dan Penulis Produktif Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang (2015-2016). Pada tahun 2015 Mas Rian juga menjabat sebagai Wakil Ketua
Umum BEM FIP UM dengan semangat visionernya Mas Rian berani menunjukan bahwa
dirinya benar-benar memiliki jiwa seorang organisatoris yang sangat ulung. Tidak
berhenti pada tahap itu saja, sikap yang
menggebu dan untuk menunjukan bahwa mahasiswa adalah sebagai pembawa perubahan
(Agent of change) Mas Rian mengikuti
kongres Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Se-Indonesia (IMAKIPSI)
pada tahun 2015 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan
menjadi anggota dari organisasi tersebut.
Agar
kita yang membaca dapat sedikit lebih jauh untuk mengenal Mas Rian maka penulis
sajikan cuplikan wawancara yang dilontarkan kepada Mas Rian.
Skripsi menurut pandangan Mas Rian seperti apa dan
apa yang anda rasakan ketika telah selesai menempuh S1 ?
Pandanganku soal skripsi dan
penyusunannya, saya membagi menjadi pandangan ideal dan real. (1) Secara pandangan ideal yang aku yakini,
skripsi merupakan karya ilmiah yang harus dipertanggungjawabkan oleh pelaku
riset. Baik dipertanggungjawabkan dari segi penguasaan secara teori maupun
praktik hingga menarik suatu kesimpulan.
Secara teori, seorang pelaku riset harus memiliki banyak referensi untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya mengenai pendekatan, jenis
penelitian, metode dan mengatasi kendala ketika proses penelitian. Referensi
datangnya bukan dari buku saja tetapi juga bisa dari hasil pengalaman dari
pelaku riset / expert research
lainnya. setelah semuannya terakumulasi, barulah seorang pelaku riset memprakktikan
baik di lapangan maupun studi kepustakaan. Dengan penuh integritas, rasa ingin
tahu yang tinggi dan keterampilan membahasakan dalam bentuk tulisan. Semua ini
menjadi modal utama agar tercipta karya yang orisinil. Kembali kepada soal tanggung jawab, inti dari
skripsi adalah pelaku riset melaksanakan kaidah-kaidah metodologi penelitian.
Kemudian dipraktikan dengan penuh integritas, rasa ingin tahu dan keterampilan
membahasakan dalam bentuk tulisan (angka). Hingga nantinya akan menghasilkan
karya penelitian yang orisinil. (2) Secara
pandangan real, yaa skripsi merupakan sarana untuk mendapatkan
pengetahuan/pengalaman belajar tentang riset/penelitian. Misalnya bagaimana
menerepkan pendekataan kualitatif, kuantitif riset and development, bagaimana
prosedur penelitian, bagaimana mengkaji suatu fenomena dengan menggunakan teori
yang relevan. Yaa semuannya merupakan pengetahuan/pengalaman belajar awal.
Sehingga jangan kaget bila banyak skripsi yang hanya menjadi penghias dinding
lab. Istilah lebih kasar, skripsi hanya sebagai prasyarat kelulusan untuk
bekerja dan melanjutkan studi (S2/S3). Bagi saya yang seharusnya digalakkan
justru “ Jurnal Kemahasiswaan” karena itu bila terakumulasi bisa menjadi karya
yang ilmiah dan lebih tepat guna. (Catat: Pak Sanafiah Faisal tanpa tesis
langsung bisa S3, karena memiliki karya jurnal ilmiah dan buku yang melebihi
kemampuan mahasiswa S2).
Aku
merasakan setelah lulus S1. Jurusan PLS tidak begitu banyak memberikan
keterampilan yang progresif baik dipersiapkan untuk pekerja profesional ataupun
ilmuwan. Ideologi tentang pendidikan alternatif sama sekali tidak berkembang
kuat pada mindset mahasiswa kita. Yaa
tetapi setidaknya yang bisa saya petik dari jurusan PLS adalah spirit kesadaran
dalam berorganisasi dan membebaskan segala bentuk penindasan terutama dibidang
pendidikan. Jurusan PLS harus memiliki mazhab yang jelas dan gamblang agar
mahasiswa tahu arah perjuangan, pencapaian dan pola berkarya ala Pendidikan
Luar Sekolah.
Mas Rian dikenal sebagai Aktivis
Mahasiswa/Organisatoris Mahasiswa,” Selesai S1 apakah Selesai juga
Aktivis/Organisatorisnya ?”
Selasai
S1 yaa tentu saya harus mengakhiri embel-embel sebagai aktivis/organisatoris
mahasiswa. Yaa karena saya bukan lagi mahasiswa to. Kalau saya tidak bisa
melepas embel-embel takutnya nanti cara pandang saya jadi kerdil dong. Itu
logika kasar yaa. Hehehe..... tetapi, untuk terus aktif dalam mendidik
masyarakat itu sudah menjadi passion dan panggilan hidup saya ketika berumur 10
tahun silam. Pokoknya saya pengen jadi Pendidik, dengan berbagai macam metode
dan pendekatan. Karena kita orang PLS memaknai pendidik bukan hanya sekedar
kata “GURU” to ? heueheu. Kalau secara organisasi jelas, saya memilih setelah
S1 akan bekerja. Secara otomatis saya
akan kembali berorganisasi baik dipemerintahan maupun dikorporasi. Yaa
semuannya saya yakini sebagai kendaraan dalam berjuang secara intelektual juga
ekonomis. Yaa contoh kecilnya saya merintis majalah komunitas di Nganjuk itu
bagi saya bentuk usaha sadar dan terencana untuk mendidik masyarakat (kaum
muda).
Apa pesan-pesan yang dapat Mas Rian sampaikan kepada
kami adik-adikmu di FIP dan PLS Khususnya ?
Apa
yaa ? kalau pesan buat Mahasiswa FIP dan PLS khususnya mungkin cuma satu BACA.
(bisa diartikan baca potensi dirimu, baca lingkunganmu, baca alur sejarah fakultas
sampai jurusan, baca buku dll). Bagi saya dengan filosofi BACA ini, kita bisa
lebih bijak dalam bersikap dan tangguh dalam bercita. Yaa diartikan sendirilah
Wen bersama teman-teman lainnya. Oiyaa
spirit yang harus kalian bangun adalah spirit Egaliter (kesetaraan) dan Militan
(berperan/menokoh/berjejaring). Agar taring mahasiswa di jurusan PLS dan FIP
makin tahun semakin tajam. Yaa hanya dengan spirit itu insyaallah kalian akan
sukses. (The Senior : Dedication of
life). jangan lupa khususnya PLS pelajari dengan betul mazhab-mazhab
keilmuan kalian (Freire, Illich, A.S Neill, Darmaningtyas, Roem) sampai dengan
tokoh lainnya.
Mohon berkenan memberikan sebuah Qoutes/Tulisan
berupa kalimat sederhana dari Mas Rian
kenali betul significant others-mu, maka kau akan
menjadi significant others.
Banyak sekali celah dari caramu menulis, Wend. Keep blogging, nanti akan tertutupi dengan lebih sering terus menulis.
BalasHapusPenyebutan istilah significant othersnya. Hmmm... sepertinya kamu mesti coba lagi dialog sama Rian, Wend... kejar apa yang dimaksud. Penempatan istilahnya kurang pas...
gak keroso sing ngomen emak poppy tok :D
BalasHapusthanks for your in (terimakasih atas masukanmu)