Minggu, 30 April 2017

Lima Hari Belajar di Desa Berdaya

~Kisah perjalanan kelompok studi lapangan PLS FIP UM angkatan 2014 yang dilaksanakan di Desa Bejiharjo Karangmojo Gunungkidul DIY~
Ini adalah sebuah cerita berwujud tulisan yang jauh dari kata sempurna namun semua diringkas secara mengalir dan asyik. Berusaha ditulis dengan penuh rasa dan penghayatan, penulis adalah mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri malang (PLS FIP UM) yang sedang melaksanakan studi lapangan sebagai prasyarat menempuh semua mata kuliah konsentrasi pemberdayaan masyarakat. Jika memang kegiatan ini terus di follow up oleh pihak dosen dan mahasiswa tentunya kawan-kawan PLS FIP UM yang sekarang lagi menempuh studi S1 pastinya akan merasakan ini juga disemester 6, hanya saja akan beda lokasi bahkan konsep saja dan bisa saja sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Siapa yang tidak sumringah kala telinga mendengar kata Yogyakarta?, kota sejuta pesona dan wisata, orang-orangnya kalem (lemah-lembut) dalam bertutur kata, makanan khasnya membuat lidah terus bergoyang(ex: Bakpia, Tiwul, Gathot,Gudeg etc). Setiap sudut kota hingga pelosok desa sangat elok untuk dipandang dan menimbulkan rasa kagum untuk dirasakan eksotisnya sumberdaya manusia hingga alamnya.
Perjalanan kami mulai dari kampus tercinta,tepatnyakami berkumpul di sekitar di gedung Sasana Budaya Universitas Negeri Malang (sasbud UM) padakamis (6/4/17). Memulai perjalanan menggunakan biro travel “Favourite Travel dengan kendaraan elf mesin hino dutro kapasitas 19 passangers. Tepat pukul 20.00 kami beragkat menuju provinsi jawa tengah dalam keadaan lengkap 15 orang mahasiswa PLS FIP UM konsentrasi pemberdayaan masyarakat(PM). Sembari perjalanan kami saling bersenda gurau selayaknya orang yang sangat menikmati perjalanan, salah satu cuplikan guyonan dari teman kami yakni sebuah pertanyaan “truck, truck apa yang bisa melayang?”, semua terdiam tak bisa menjawab, “jawabanya helikoptruck” kata teman kami yang memberi guyonan, ia memberikan guyonan terinspirasi karena jalur kendaraan yang kami lalui adalah jalur provinsi (Caruban-Saradan) sehingga banyak dilalui truck muatan barang.
Tiba di boyolali pada pukul 04.35, jumat (7/4/17) disambut oleh aungan surau-surau(masjid) pinggir jalan memanggil insan untuk tunaikan kewajiban. Kami berhenti disebuah surau yang letaknya tak jauh dari lokasi dimana kelompok lainya melaksanakan studi lapangan lokasi tersebut adalah kampung lele boyolali. Selesai tunaikan shalat kami lanjut perjalanan dan sekaligus berpisah sementara dengan kelompok lainya. 06.45 sinar matahari mengembang menyambut hangat kedatangan kami di desa ngelangeran kami berhenti di lokasi wisata gunung api purba dan lagi berpisah sejenak kepada kelompok yang melaksanakan studi lapangan di daerah tersebut. “ayoo pak supir… kita lesgo agen” kata salah satu teman kami agar bergegas melanjutkan perjalanan. Tepat 08.55 kita sampai di tujuan utama bagi kita (sebut kelompok pindul), kami sangat disambut hangat oleh mas Yudan yang juga sebagai pamong studi lapangan kelompok pindul. Bercerita sedikit mengenai seorang mas Yudan beliau adalah lulusan S1 dan S2 PLS FIP Univeritas Negeri Yogya(UNY) sebagai penggerak masyarakat desa bejiahrjo, melalui karang taruna ia menjadikan gunungkidul secara umum menjadi daerah wisata khususnya di desa bejiharjo sendiri yakni memberdayakan masyarkat untuk mengelola potensi yang ada. Potensi yang dimiliki  adalah adanya goa namanya goa pindul yang memiliki sumber air, panjang goa sekitar 350m, yang membuat seorang mas Yudan 2010 silam memiliki inovasi untuk menjadikan tempat wisata dengan konsep memberdayakan masyarakat, diawali pembentukan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) mas Yudan memberikan penyadaran pada masyarakat sekitar, intinya saat ini gunungkidul memiliki obyek wisata bernama wirawisata goa pindul menjadikan masyarakat sekitar lebih sejahtera dengan tingkat pendapatan yang ‘lumayan’. Mulai pimpinan wirawisata goa pindul hingga penikmat utama adalah masyarakat desa bejiharjo dengan struktural fungsional sistem organisasi yang dipahami tanpa adanya investor asing dan ‘aseng’.
            Cussss lanjut lagi di hari pertama kami mengunjungi wirawisata goa pindul untuk ‘berjabat tangan’ dengan para pengelola dan masyarakat sekitar hampir sehari penuh kami banyak berbincang dengan pengelola yang juga masyarakat sekitar dan sore hari kami pulang ke base camp(dirumah mas Yudan), kami rasakan kehangatan juga pada keluarga mas Yudan yang turut menyambut kami. Malam hari kami makan dengan masakan khas jogja, tau? Bukan hanya gudeg ternyata, kami ‘disibukan’ dengan makanan yang namanya jatdah tempe semacam tempe yang di bacem dengan bumbu kecap dan juga puli semacam nasi yang digumpalkan menjadi satu hingga mirip dengan jenang kemudian dipotong kotak-kotak, Nyaaaammm!!
Foto 1. ini diambil pada 31/03/17 saat masih melakukan survey lokasi, belum bersama kelompok pindul,inilah nampak depan lokasi wirawisata goa pindul. dari kiri kekanan: Pak Zul, Mas Yudan, Zia, Wendy, Kiki, Naufal, Pak Nurhadi.
Sabtu, (8/4/2017) pagi cerah sedikit berselimut awan hitam, ditemani teh hangat, jatdah tempe, puli dan bakwan bikinan si Mbok (nenek dari mas Yudan), menikmati suasa didepan rumah mas Yudan dengan duduk diatas kursi klasik tebuat dari anyaman bambu tua (menjalin), ketenangan desa dan gemuruhnya jogja amat sangat membuat diri ini hampir terlena dengan tujuan awal. Aseeeeek!. Hari kedua setelah bersih diri kami berpakaian rapi, pukul 09.00 kami datang ke lokasi wirawisata kami disana disediakan base camp juga berupa home stay yang disediakan pengelola untuk tamu, kami dijamu berkali-kali dengan minuman yang dinamakan wedang pindul semacam minuman terbuat dari jahe merah dan gula aren, mantab!
Seharian kami disana, seolah-olah kami memposisikan diri sebagai pengelola, kami dapatkan informasi mengenai bagaimana konsep awal bedirinya wirawisata goa pindul hingga pengembanganya saat ini, pada mulanya goa pindul hanyalah goa yang terlihat seram dan angker, dan airnya hanya digunakan untuk mencuci, mandi dan mencukupi kebutuhan air penduduk sekitar. Namun muncul ide dari Mas Yudan dibantu oleh teman-temanya (karang taruna) untuk membangun sebuah kawasan wisata ‘bergengsi’, awalnya untuk perlengkapan wahana cave tubing mas Yudan dkk meminjam di Tagana(Tanggap Siaga Bencana) DIY berupa Tube(ban) sejumlah 50 dan pelampungnya, dan pemasaran melalui facebook. Saat itu wisatawan yang datang hanya dari DIY saja kebanyakan, ohh yaaa yang menarik lagi karena wirawisata ini juga mengangkat wisata tentang kearifan budaya local maka setiap sabtu, dilokasi wirawisata ini pengunjung dimanjakan dengan alunan live music gending-gending jawa yang panjaknya (penabuhnya) juga masyarakat sekitar yang juga penggiat seni gamelan. Sore hari pukul 16.00 kami mengikuti sarasehan para crew (karyawan) wirawisata goa pindul untuk koordinasi terkait program upgrading yang akan diselenggarakan esok hari, terlihat mereka memiliki ikatan batin yang kuat ditandai dengan candaan candan mereka yang sepertinya amat tulus. Kekompakan juga kami rasakan mulai dari pimpinan hingga bawahan, tentunya semua ini adalah masyarakat bejiharjo yang sadar akan potensinya.
Minggu (9/4/2017), mentari membumbung tinggi kicau walet bersiul dan menari-nari diatas udara membuat suasana pagi kian menandakan desa ini desa yang tenang dan nyaman. Seperti biasa seruputan teh hangat setiap mulut kami di pagi hari terdengar bak lomba perayaan agustusan. Hehehehe, hari ini kami berkesempatan untuk melakukan susur goa dan juga susur sungai (river tubing) Oyo. Kami melakukan pengamatan bagaimana pemandu wisata dalam memandu pengunjung. Benar adanya pemandu wisata yang juga masyarakat sekitar sangat ramah kepada pengunjung. Hal ini adalah dampak dari diadakanya pelatihan kepada para masyarakat yang berprofesi sebagai pemandu wisata, disamaping itu para pemandu wisata ini sangatlah cerdas terbukti dengan mereka menjelaskan beberapa batuan-batuan, jenis-jenis biota alam hingga sejarah goa pindul. Namun bagi kami ini adalah pengalaman yang tak terlupakan, pertama kalinya kami mencoba wahana susur goa yang ada di wirawisata goa pindul, gambaran disana sangatlah indah sekali. Kebetulan saat kami mencoba wahana ini ada rombongan berjumlah 350 pengunjung yang datang dari bogor, pengelola membagi menjadi kelompok-kelompok kecil berjumlah 20 an orang dengan didampingi seorang pemandu.

Foto 2. Suasana saat kelompok melakukan susur goa pindul, ini di kedalaman 300m dari mulut goa (hampir finish)
Setelah kami mencoba susur goa dan juga susur sungai, pukul 15.00 kami beranjak pulang ke base camp dirumah mas Yudan dan bersiap menuju pantai untuk mengikuti kegiatan upgrading.Tepat pukul 18.00 kami berangkat bersama menuju pantai indrayanti 1,5 jam perjalanan akhirnya sampai dan kami mengikuti acaranya. Inti daripada kegiatan up grading  tersebut adalah memberikan penyadaran dan juga motivasi kepada para crew agar tetap kompak menjaga keutuhan potensi alam goa pindul dalam pengelolaanya sehingga menjadikan sumber ekonomi yang mensejahterakan masyarakat sekitar wirawisata goapindul, tak hanya itu saja kegiatan up grading ini diikuti oleh hampir keseluruhan crew wirawisata goa pindul beserta rombongan keluarganya yang juga masyarakat sekitar. Acara dilanjut dengan ramah tamah dan api unggun dan tepat pukul 22.00 semua meninggalkan lokasi untuk beristirahat.
foto 3: kegiatan upgrading Crew Goa Pindul yang ditutup dengan api unggun
Senin (10/4/2017) pagi ini ada yang berbeda, bukan lagi teh yang kami seruput melainkan wedang jahe merah dibarengi dengan jajanan pasar dan tak ketinggalan jatdah tempe dan puli, seorang teman dari kelompok pindul sedang membantu si mbok (nenek dari Mas Yudan). Pukul 09.00 kami menuju lokasi wirawisata, kami membantu mas very (salah seorang crew) wirawisata goa pindul untuk menjadi trainer outbond di wahana omah outbond, kami berperan sebagai asisten trainer. Saat itu outbond diikuti oleh 20 peserta dari PAUD Paliyan Gunungkidul. Disitu banyak dilakukan game (permainan) yang banyak memberikan pembelajaran untuk anak-anak se-usia PAUD, contohnya saja game pipa bocor dimana seorang anak sebagai leader dan lainya sebagai anggota untuk menutupi pipa yang dilubang-lubangi agar saat dimasukan air tidak bocor, maka mereka harus menutupinya dengan jari-jari mereka. Kegiatan ini tutur mas very sangatlah mengasah kecerdasan psikomotorik, kogintif dan juga afektif anak se-usia PAUD (pembaca silahkan berkonstruktif atas pemikiran anda mengenai hal ini, karena penulis juga tidak mahir-mahir amat dalam ‘memainkan’ teori,Hehehehe). Kegiatan outbond selesai pada pukul 12.00, kami lanjutkan dengan beristirahat sejenak.
foto 4: keakraban salah satu kelompok study lapang dengan peserta outbond
Setelah istirahat (± 1 jam) kami lanjutkan kegiatan dengan ngobrol santai dengan pak hardi, orang yang menjadi pimpinan di wirawisata goa pindul. Beliau menceritakan bagaimana sejarah awal berdirinya goa pindul, suka dukanya selama memimpin, dan tentunya bagaimana pemikiran-pemikiran beliau akan pemberdayaan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk pemanfaatan potensi alam menjadi objek wisata.
Informasi yang kami dapatkan dari pak hardi sangatlah banyak, salah satu cuplikanya adalah begini, “saya itu memulai awal ya dengan mas Yudan, kami bangun mindset masyarakat sekitar sini agar mereka sadar kalau punya potensi yang bisa dimanfaatkan secara bijak, saya berkali-kali mas…mbak keluar masuk ruang penyidikan di Polda, karena disini banyak saya tolak investor asing yang mau “kerjasama”, karena penolakan itu akhirnya saya dilaporkan secara gak jelas, saya itu tidak mau ada investor asing masuk sini atas dalih kerjasama yang akhir-akhirnya berujung dengan kepemilikan kekuasaan, goa pindul ini sudah menghidupi hampir satu desa disini, maka ini akan terus saya perjuangkan, untuk nanti selanjutnya yaa biar Gusti Allah yang ngatur, hahahahha (sambil tertawa lepas)”. Setelah kami berbincang dengan pak hardi kami pulang dan melanjutkan kegiatan penyusunan laporan (nyicil laporan).
Foto 5: suasana wawancara kelompok dengan ketua Wirawisata
Selasa (11/4/2017) yaaa pagi hari seperti biasa, masih ngeteh juga dan mulai nyaman berlama-lama disini hhehhehe. Hari selasa adalah hari tenang kita untuk mengerjakan laporan di base camp sembari menunggu bapak-bapak dosen datang untuk monitoring kegiatan kita selama di bejiharjo. Pukul 11.00 dosen kami datang, yakni Pak Nurhadi, Pak Zulkarnain dan Pak Suripan. Malam hari kami lanjutkan diskusi dengan mas Yudan mengenai informasi yang kita peroleh selama melakukan studi lapangan.
            Rabu (12/4/2017) , Sayonara… sayonara sampai berjumpa pulang, kami berpamitan kepada mas Yudan sekeluarga karena kami ternyata pada akhirnya “rindu” kampus UM juga… eits..! tak hanya itu lagi-lagi sambil menyelam kita minum es nata decoco campur sirup anggur dingin, mumpung ini jogja tak mau kami semua melewatkan kebersamaan dengan mampir ke malioboro.
foto 6: sayonara mahasiswa PM dengan mas Yudan

Gadis Pangrango



                                         Sumber gambar: Google.com



Aku tak mau pergi, karena anggun dirimi

Akku ingin disini, ketenangan kudapatkan
Biarkan orang cari aku, aku ingin disini
Nikmati kota sejuk dan parasmu yang berbungga

Kau lukiskan kisah perjuangan dewataprana di batu tulis
Aku lukiskan pesonamu diatas awan pangrango
Biarkan si Pancar dan Bunder gelisah
Aku tetap mencintaimu, sampai Tuhan jadikan pangrango seperti kertas yang beterbangan

Aku tak akan lupa walau dimana aku
Kau tinggalkan kesan yang sungguh elok
Aku tinggalkan kenangan yang sungguh buat ingin kembali
Gadis... Bertahanlah, harumkan terus buitenzorg

Buitenzorg






                                                  sumber gambar:google.com

Bulan bersenggama dengan bintang diatas awan

Pancarkan cahaya hingga kedasar ciliwung
Dikota ini kau tawarkan semai cinta sejuk nan menawan
Kudatangi dari taman kencana hingga pancamaya tak tahu dimana bernaung

Nikmat alam yang luar biasa kurasakan
Deruan cmara pangrango hilangkan masalah dunia
Angin pencar berbisik menyibak kegundahan

Paledag-Sukaresmi mata ini terus menatap
Hamparan padi pancarkan hijau menyala
Cocok untuk ku yang sedang meratap
Biar hari ini kutinggal untuk dikau yang tak kan hilang