Kamis, 22 Desember 2016

Follow Up DAD 2016 : IMM KOMISARIAT FIP “Nggunung”



Kamis (22/12/16)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Fakultas Ilmu Pendidikan (IMM KOM FIP UM) mengadakan kegiatan di desa tosari kecamatan tosari kabupaten pasuruan, kegiatan yang dinamai Follow up Darul Arqom Dasar (DAD) ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh IMM KOM FIP UM setiap selesai pelaksanaan DAD. Kegiatan kali ini dilaksanakan didaerah lereng gunung bromo dimana kegiatan ini berorientasi pada pengabdian masyarakat , “kegiatan ini bertujuan untuk melatih adek-adek para Immawan dan Immawati yang mengikuti DAD 2016 agar bisa meningkatkan kepekaan sosial terhadap masyarakat terutama dalam hal mengabdi pada masyarakat karena mereka juga bagian dari masyarakat” Ujar Reza Ketua IMM Komisariat FIP UM periode 2016. 


Kegiatan diikuti oleh 20 Mahasiswa yang terdiri dari 6 Immawan dan 14 Immawati dari angkatan 2014, 2015 dan 2016. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 19 hingga 21 desember 2016, kegiatan selama tiga hari berturut-turut tersebut diantaranya adalah mengajar di PAUD desa tosari dan saat sore hari mengajar Madrasah Diniyah darussalam di Taman Baca Alqur’an roudlotul qur’an. Ketua pelaksana kegiatan, Immawan Amirrudin yang juga merupakan Mahasiswa di Universitas Negeri malang mengungkapkan follow up DAD kali ini bertemakan “Implementasi Karakter Kader Sosial-Solutif untuk mewujudkan Masyarakat yang Berkemajuan” dan memang sengaja telah direncanakan jauh hari sebelum pelaksanaan dan dari hasil musyawarah, panitia menetapkan untuk terjun langsung kepada masyarakat dan kegiatan berbasis pengabdian selama tiga hari berturut turut.

Selasa, 29 November 2016

EVALUASI ADALAH “HANTU” DARI IMPLEMENTASI SUATU PROGRAM ?



Program adalah sebuah wacana tertulis dalam proses pembuatanya ada kiat-kiat perencanaan dan memang terkadang berorientasi pada “kebutuhan” yang ada. Suatu program biasanya memiliki sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode skema, ataupun bentuk lain. Output dari sebuah program pada umumnya berbentuk pada kegiatan-kegiatan yang telah dicanangkan, serta memiliki dampak jangka pendek ataupun jangka panjang. Program-program yang dilaksanakan dimasyarakat secara umum diakomodir oleh lembaga swasta maupun instansi pemerintahan baik yang berbasis informasional/penyuluhan, institusional/pelatihan maupun developmental/pemberdayaan.
Setiap program memiliki alur dari pra pelaksanaan hingga pasca pelaksanaan dan seharusnya hal tersebut berjalan sesuai kaidah-kaidah program sebagaimana harusnya yang nantinya sebagai bahan evaluasi sebuah program. Namun sangat disayangkan dari beberapa fakta dan data yang ditemukan tidak sesuai dengan sebagaimana harusnya. Banyak sekali program yang berangkat bukan dari analisis kebutuhan (need assesment) pada masyarakat, melainkan program-program yang ada adalah berangkat dari berbagai unsur kepentingan ataupun cita-cita suatu kelompok lembaga atau instansi untuk memperoleh kenikmatan yang telah lama diangan-angankan. Jika hal tersebut telah terjadi evaluasi suatu programpun menjadi tidak terarah dan parahnya lagi bagaimana jika orang-orang yang bermain didalam proses implmentasi program (implementator, tutor, fasilitator) juga “berkomunikasi” dengan orang-orang yang bermain dalam proses evaluasi (evaluator).
Evaluasi sendiri merupakan kegiatan estimasi yang mengandung unsur penilaian yang mencakup substansi, implementasi dan dampak yang ditimbulkan dari suatu program. Biasanya  proses evaluasi yang sering dilakukan setelah suatu program berjalan (pasca kegiatan). Padahal seharusnya evaluasi adalah sebuah kegiatan yang fungsional, artinya tidak hanya dilakukan pada akhir berjalannya suatu program saja kemudian memberikan rekomenadasi sendiri. Melaninkan evaluasi dilakukan secara menyeluruh dan mengikuti jalanya suatu program dan didalamnya orang yang mengevaluasi (evaluator) memberikan pengawasan serta auditing yang terus menerus.
Dilansir dari sebuah web resmi sebuah surat kabar daerah kalimantan utara yang diterbitkan pada 31 maret 2016 yang ditulis oleh seorang jurnalis dengan kode bri714.
Kepala Desa Nainsid di Kecamatan Lumbis Ogong, Mawal menyoroti Program Peningkatan Kesejahteraan Keluarga melalui Pemberdayaan Masyarakat (PKKPM) yang dinilainya gagal dan tak membawa manfaat yang berarti. Dikatakan Mawal, program PKKPM diterima 2015 lalu dimana UPK desa telah berupaya melaksanakan program ini. Anggaran disalurkan melalui UPK Kecamatan tahap I tentang pendanaan khusus sarana prasarana pembangunan rumah peternakan ayam dan berikutnya tahap II pencairan pendanaan pengadaan bibit ayam sebanyak 500 ekor juga telah terealisasi. Namun jelasnya, saat proses pemeliharaan, program tersebut justru tidak berjalan maksimal alias macet. Konsultan perencana tidak kunjung datang di desa tersebut dan Pengawas kegiatan bahkan tidak pernah sama sekali memberikan pelatihan atau sosialisasi kepada Tim Pengelola Kegiatan di desa. Akhirnya, sebanyak 500 ekor ayam secara perlahan - lahan mati dan membusuk karena kekurangan pakan. Ironisnya, 1 ekor pun dari 500 ekor tidak ada yang berhasil dipanen.  “ Nasib serupa juga dialami di Desa Liang yang sama - sama mengelola program ini. Mereka gagal panen karena kekurangan pakan,” ucapnya. Mawal mengatakan, hal yang disesalkan dalam program adalah UPK kecamatan maupun di kabupaten sejak awal pembangunan kandang sampai pada pemeliharaan tidak benar - benar mengawasi dan mengevaluasi kegiatan ini. UPK desa dibiarkan begitu saja untuk bekerja sendiri. Menurutnya, program ini pada prinsipnya mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan identifi-kasi dan pengembangan potensi lokal dalam kaitanya mensejah-terakan masyarakat miskin yang merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itu, perlu pengawasan dan evaluasi dari pelaksanaan kegiatan ini. PKKPM yang difokuskan pada perlakuan atas tiga aset yaitu sosial, manusia dan keuangan. “Menurut saya, ini tidak sesuai dengan implementasi di lapangan karena kenyataannya banyak unggas membusuk dan mencemarkan lingkungan bahkan nantinya bisa mengundang penyakit flu burung,” kata dia. Dia tegaskan, bahwa program yang berikutnya jangan sampai gagal kembali. Perlu adanya suatu kejelasan program melalui sosialisasi dan mekanisme pelaksanaannya. Hal ini jelasnya perlu disampaikan kepada masyarakat agar program PKKPM dapat mensejahterakan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran awal.” http://www.korankaltara.co/read/news/2016/11107/program-pkkpm-dinilai-gagal.html
Dari data yang diatas dapat dikatakan bahwa suatu program akan “kacau” karena ketiadaan evaluasi pada program tersebut. dari uraian data diatas akan timbul pertanyaan, apakah program tersebut hanyalah suatu tindak lembaga untuk pemberkasan pertanggung jawaban kepada instansi yang tinggi, sehingga diadakan program tersebut ?. lantas kemana peran pemerintah setempat yang bergerak dibidang pedesaan dan juga implementasi undang-undang kementrian pedesaan Nomor 6 Tahun 2014 tentang pendampingan  desa ?.
Seharusnya ada pengawasan tersendiri dari segala impementasi program yang dilaksanakan di masyarakat. Peran evaluator sangatlah penting disini, dan juga pengawalan ketat masyarakat terhadap suatu program yang telah ada dan juga melaksanakanya apabila telah menerima semacam hibah ataupun program yang dilaksanakan pemerintah. Ketika melakukan evaluasi paling tidak evaluasi akan memberikan shock therapy kepada suatu program dari semua elemenya (penyusun program, mitra program, pelaksana program, penerima program). Apabila hal tersebut terwujud maka dapat diyakini bahwa evaluasi berperan dan memiliki kewenangan yang sangat urgen dalam implementasi suatu program yang ada dimasyarakat, evaluasi memberikan pedoman atau nilai-nilai untuk pelaksanaan suatu program yang bertahan dimasyarakat dan membawa arah serta perubahan yang progresif demi masyarakat yang berdikari dan berkemajuan.

Rujukan :
Undang-undang kementrian pedesaan nomor 6 Tahun 2014 tentang pendampingan  desa

Kamis, 24 November 2016

ASAH RASA



 
Dulu akupun serasa meninggi karena ku dapat kata dari orang-orang aku lah yang di “jago” kan dan serasa pantas untuk dimiliki semua orang dan mampu untuk membawa kearah yang lebih baik dan menciptakan irama-irama pergerakan yang memiliki manfaat.
Namun kini aku tak bisa berkutat, perlahan aku harus memasukan beberapa pedangku ke slongsongnya.Hahahaha tak tau !!! apakah selama ini cita-citaku sangatlah tinggi... terlalu tinggi.... tak apa... setidaknya aku layak disebut insan berpribadi karena aku masih memiliki cita-cita.
Aku tak berkata jujur namun sesungguhnya, aku tak bisa mengkoyak-koyak semuanya, aku siapa ?!, saat ini jerit-jerit harapanlah yang bisa ku teriakan sekencang-kencangnya. Dengarlah !!! aku turun menapaki ribu-ribu anak tangga yang kemarin aku naiki perlahan-lahan dan berharap saat diatas nanti aku mampu mengibarkan simbol-simbol kebanggaanku yang kubawa bersamamu.
Gundah gulana....Yaa... saat ini gundah gulana yang kurasakan, kau mengerti aku kan ? sibuk, selalu merasa 24 jam itu kurang, tidur bukan lagi kebutuhan namun adalah kesempatan, dikelas berbantai-bantai dengan beberapa teori yang coba kupahami, dijalan aku berdiskusi bersamamu tentang apa itu gerakan dan lain sebagainya. semua itu kulakukan bersamamu.
Semakin kemari semakin kuat dan beberapa penyadaran yang telah kualami bahwa musuh terberat bukanlah  hanya dari diri sendiri akan tetapi juga “ada lagi”. Kau baca tulisan ini ?... tenanglah aku tak menyerah !
Aku akan terus berusaha dan mencoba untuk lebih melanglang buana diluar.
Walaupun mungkin dengan bidang dan koridor yang berbeda darimu kawan. Doamu semoga menyertaiku, dan peniggalanku tetaplah menjadi hirauan untuk kau bicarakan bersama mereka dan yang pasti karena aku bukan penganut atheisme maka aku selalu berharap juga kebaikan-kebaikan Tuhanku bersamaku dan bersama kalian.
aku tak begitu yakin, karena kita hanya mampu merencanakan. namun itu terbantah dengan kesatuan kita untuk bersama dalam berjuang, bertahanlah dengan identitas yang telah kau buat, namun jangan menghilangkan yang dulu. Agar kita semua “tunduk” dan tidak melupakan sejarah besar yang telah terbangun. BERJUANGLAH !!!