Dimana
telah tiba masa
Saat itu
harusnya ada cinta
Namun
kemana?
Berpikir
biarlah mengalir untuk semua
Tidak kah
takut semua sirna
Jika kau
anggap semua masa sama
Maka cinta
itu profan dan tak guna(?)
Tapi
menurut Hujan cinta itu sakral dan harus berkelana
Kalau tak
bergerak, tidak kah takut lebih jatuh?
Bagaimana
Rahmat dan Kasih bisa kau sentuh?
Bukankah
saat hujan kau butuh payung untuk berteduh?
Bagaimana
memaknai spekulasi lebih detail dan jauh?
Bapak
kata...oh... ibu juga kata , gawat mereka lakukan pertanda!
Dunia...
gemerlap dan mempesona, tapi bukanya sandiwara?
Sepucuk surat
eyang ada kata “Soekarno punja Fatma”
Pikirku “Bagaimana
dengan Malaka?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar