Kamis, 15 September 2016

Ungkapan pelaku seni



Tak mengenal waktu dan tempat asalkan bahagia dan berkarya, seperti itulah yang dilakukan mereka, para pemuda praktisi seni yang kurang apresisasi dan kurang difasilitasi. Tergabung dalam sebuah organisasi yang mengatasnamakan seni dan cinta.
Mereka sering mengkhayal dan khayalan itulah yang menjadi sebuah karya penuh estetika seperti yang dikatakan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu kreasi.
            Pemuda-pemuda ini berkreasi dengan segala keterbatasanya, namun keterbatasan itu tak menggoyahkan dan mengoyakan jiwa mereka. Keterbatasan itu seolah menjadi api penyulut untuk mereka yang berkreasi  untuk meretas kreatifitas dan makna hakiki tentang seni. Siang, sore, malam mereka bercengkrama dengan rumah yang beratapkan langit dan berlantai bumi, jiwa seni yang membuat mereka semakin agresif untuk tidak meminta belas kasihan dengan meronta-ronta. Najis !!!
            Kuatnya kekeluargaan didalam organisasi ditambah lagi dengan mereka yang cinta akan kebebasan dalam berkarya membuat daya juang mereka semakin ampuh untuk seni, memang tak menuntut akan segala hal kebutuhan mereka dipenuhi namun sadarkah bahwa ini potensi yang bukan lagi digali namun dipertinggi, dan diapresisasi untuk dipertahankan. Karya yang mereka ciptakan sesungguhnya secara fisik menunjukan ketekunan seorang mahasiswa untuk memiliki daya juang dan ketahanan yang kuat (the survive) akan pemikiran-pemikiran mereka tentang keadaan ini.
            Pelaku-pelaku seni ini tak pandai-pandai amat untuk membuat karya ilmiah, tak pandai-pandai amat untuk orasi dihadapan petinggi-petinggi pemilik investasi, namun mereka mempu membuat hal “ilmiah” menjadi karya yang sangat indah. Dan saat ini yang yang mereka tambat dalam hatinya bukan lagi kata sebagai senjata, kata adalah seni mempengaruhi orang tetapi SENI ADALAH SENJATA,SENI YANG AKAN MEMPENGARUHI KATA. Hati-hatilah dengan “pelaku-pelaku” seni ini.

1 komentar: